Teknologi Perbanyakan Trichoderma

Kumpulkan bahan baku berupa alang-alang (dipotong-potong halus) + serbuk gergaji + dedak (1 : 1 : 1) dalam waskom ditambahkan air hingga batas atas permukaan, selanjutnya direndam (inkubasi) selama 24 jam.

Keesokan harinya, media ditiriskan hingga tidak ada air yang menetes. Masukkan media kedalam kantong plastic.

Siapkan dandang untuk sterilisasi media. Isi dandang dengan air sebanyak 1/3 volume dandang, dan masukkan media kedalam dandang. Selanjutnya sterilkan media selama 2-3 jam setelah air mendidih. Aplikasi di Konawe Selatan menggunakan drom bekas sehingga mampu sterilisasi bahan dalam jumlah banyak.

Pindahkan dan tiriskan media pada terpal plastic yang bersih (sebaiknya terpal plastic disemprot dengan Alkohol 70-96%).

Ratakan permukaan media dengan ketebalan 1-5 cm, dan biarkan media hingga dingin. Sambil menunggu dinginnya media, starter Trichoderma yang masih dalam kemasan tabung, disuspensi dengan cara diencerkan dengan air yang telah dimasak atau air mineral merk AQUA sebanyak 50-100 ml.

Semprot suspensi isolate jamur Trichoderma pada media

Masukkan media ke dalam kantong plastic kompos (warna hitam), lalu fermentasi selama 7 hari. Ruang penyimpanan untuk fermentasi diusahakan minim cahaya, dengan suhu berkisar 25-27oC.

Amati pertumbuhan jamur Trichoderma. Jika tampak berwarna hijau Jamur Trichoderma sudah mulai tumbuh.

Jika pertumbuhan jamur belum merata, lanjutkan fermentasi 7 hari lagi.

Cara Aplikasi Trichoderma

Aplikasi dipembibitan dilakukan dengan cara mencampurkan kurang lebih 10g (1 genggaman) media Trichoderma pada media tanam tanah+pasir+pupuk kandang (1 : 1 : ¼) dalam polybag. Penggunaan bibit/stek sebagai bahan tanam adalah bibit unggul yang dianjurkan seperti, Natar-1, Natar-2, Petaling-1 Petaling-2, Chunuk, dan Lampung Daun Kecil (LDK) Dengan aplikasi trichoderma yang dimulai pada pembbitan akan berlanjut setelah sampai dipertanaman. Infestasi trichoderma dilakukan lebih awal. Pembibitan pertama dengan 4 Varietas Unggul Baru (VUB) lada dari Balitri Sukabumi sebanyak 2500 setek dan varietas Eksis di Desa Aopa sebanyak 500 setek. Sampai dengan ditanam di Lapangan tidak terdapat gejala penyakit BPB. Selanjutnya penanaman di lapangan diberikan bahan organik yang tanpa di inokulasi dengan trichoderma dan sekali setahun denga inokulasi trichoderma.

Aplikasi di Pertanaman. Aplikasi Trichoderma di pertanaman akan membatasi/mempersempit ruang penyebaran pathogen penyebab PBPB secara alami. Dosis penggunaan Trichoderma pada tanaman lada adalah 10 g/tanaman dengan cara ditebar di sekeliling tanaman, dan ditutup dengan serbuk gergaji dan potongan alang-alang. Sebanyak 1800 pohon yang telah di aplikasikan pada tahun 2010 tidak terlihat gejala sampai dengan bulan Agustus 2011

*sumber : http://www.litbang-pertanian.go.id